Minggu, 21 Agustus 2016

La ka Syafa’at....



Kepadamu , Yaa Rasulullah..Sebagaimana telah kau dapati kami di hari yang tidak lagi membaikSebagaimana yang terhampar di sebagian sudut bumi adalah menjauh daripadamuSebagaimana Dunia telah menjarah iman sesampai hilang arti berkasih sayang pada sesamaLa ka Syafa’at.... Ya Rasulullah.... La Ka Syafa’at....Ketika Aku melihat khusyuknya mereka dalam ber do’a ...ternyata aku tahu semua itu terjalin karena Cinta dan kesabaranaku pernah berjumpa dengan yang selalu tersenyum hingga aku mengerti, ia adalah bagian dari Sunnah yang kau ajarkanaku pernah mendengar seorang nenek berujar , “ Rindunya.”“Kepada siapa? “ tanyaku tak sengaja“ Nabi Muhammad bin Abdullah, “Aku bergegas mengusir rasa Haru dengan merangkai cerita ini ,


Pernahkah kau dengar lembutnya lisan tengah berkata dalam cinta. Ketika Abu Thalhah meminta istrinya Ummu Sulaim untuk mencukur rambut Annas yang panjang menutupi dahi.
            “Jangan..”
            “Kenapa?” tanya Abu Thalhah
           “sebaiknya tidak suamiku. Sebab aku pernah melihat nabi Muhammad memainkan poni Anas. Disana Rasulullah tersenyum sambil mengusap poni puteraku Anas.”

Abu Thalhah menatap lekat Wanita Mulia itu.

             “Aku tidak ingin menghilangkan senyum indah dari Rasulullah ketika memainkan poni anas.”

Menurutmu , apa yang menjaganya?

 “ Cinta “. Tentu saja.


Pasti pernah menyapa ingatanmu , ketika utamanya do’a dari yang timur dan barat adalah rangkaian manis perjuangan. Begitupun Rasulullah saat berdo’a. Ia menepikan sakit yang dirasanya bahkan ditengah-tengah perang.

            “Mana Muhammad.. mana Muhammad.. “ teriak Abu Sufyan di tengah medan perang Uhud.
            “Muhammad telah tewas.. Muhammad telah tewas..” 

Semua pasukan panik dan berpencar. Sementara Rasulullah SAW dahinya telah teraliri darah dan sebagian giginya tanggal.


Waktu itu tersisa kurang dari 10 orang termasuk suami serta anakku Habib dan Abdullah. Kata Ummu Imarah mengawali ceritanya.

Ketika mendengar teriakan abu sufyan , lantas aku turun ke medan setelah meminta salah seorang pasukan melemparkan pedang dan tamengnya kepadaku. 

Aku , suami dan puteraku membentuk lingkaran mengelilingi Rasulullah guna melindunginya dari serangan musuh.
Ketika anakku Abdullah terluka, darah tak berhenti mengalir. Akupun mengikat luka-lukanya, dan berkata,
              “Bangun anakku.. bangun Nak!! Ayo.. bangkit. Kita serang pasukan musuh. Kita Lindungi Nabi Muhammad..” 

Mendengarnya Rasulullah tersenyum..
Dari Abdullah bin Zaid bin Ashim :
Ibuku Nasibah (Ummu Imarah) telah berkata demikian menyemangatiku, sementara tiga belas luka juga tak luput mengenai tubuhnya.  Saat itu Rasulullah berteriak, 

          “Bukankah Kau adalah putera Ummu Imarah Nak?”
           “Betul Ya Rasulullah..”
            “Ibumu .. Ibumu Nak.. bantulah dia!!”

Aku segera berlari menghampiri Ibuku yang terluka di bagian pundaknya. 
Tak lama aku melihat Rasulullah mengangkat tangannya seraya berdo’a,
             “Yaa Allah , Jadikanlah mereka sekeluarga teman-temanku di surga, Jadikanlah mereka Ahlul Baitku di Surga kelak” 

Beliau mengucapkan itu berkali-kali hingga meneteskan airmata.
Aku (Abdullah) seketika menjadi tidak peduli lagi dengan apa yang akan menimpaku didunia.



Kutipan Ceramah Ustadzah  Syarifah Halimah Alaydrus

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.