Kamis, 17 September 2015

Kapan Orang Dikatakan Tawadhu ?

Tags

Padi ( gastroina.blogspot.com )

Kapan orang dikatakan tawadhu’? Adalah ketika melihat dirinya tak punya kedudukan, melihat dirinya tak bernilai. Dan yang kedua, melihat kepada makhluk lain tidak ada yang lebih buruk, tidak ada yang lebih hina dibandingkan dirinya sendiri. Yakni tidak melihat orang, melainkan dirinya lebih buruk daripada orang itu. Kebanyakan yang ada di zaman kita sekarang adalah, kita paling baik diantara semua orang. Belum tawadhu’, jauh daripada tawadhu’. Kapan orang menjadi tawadhu’? Kalau dia melihat dirinya lebih buruk daripada orang lain. Supaya apa? Supaya tak sombong, supaya tidak takabur.

Dikisahkan seorang imam yang bernama Al Imam Abdallah bin Abu bakar Al ‘Aydrus, beliau pernah ingin mengantarkan anaknya untuk berdakwah ke sebuah negeri,sebelum itu bapaknya memberi tahu anaknya untuk pergi ke pasar, setelah itu bapaknya berkata carilah orang yang lebih hina atau lebih rendah daripada kamu. Akhirnya dia pergi ke pasar, ketika waktu adzan dikumandangkan, semua orang pergi ke masjid, tapi terlihat satu orang yang tidak pergi ke masjid, selesai daripada shalat ia berkata dalam hatinya, ini orang dari awal saya pergi ke masjid sampai saya balik dia tidak masuk masjid, ini orang pasti tidak shalat, aku pasti lebih baik daripada dia, aku shalat dia tidak shalat, aku akan bawa orang ini untuk berjumpa dengan bapakku, aku beritahu bahwa ini orang tidak shalat. Maka sesaat sebelum ingin berbicara kepada orang itu dia berpikir, ah bagaimana kalo sebentar lagi dia shalat?

Mungkin juga dia lebih tua daripada aku, dia lebih dahulu kenal kepada Allah, dia lebih dahulu islam sebelum aku lahir, mungkin dia sudah beramal sebelum aku beramal? Maka dia tidak jadi untuk membawa orang ini berjumpa dengan bapaknya. Kemudian dia mencari lagi orang dipasar, tidak berjumpa siapapun (yang terlihat lebih hina daripada dia). Akhirnya dia berjumpa dengan anjing, dia berkata haadza kalb, ini anjing, mesti aku bawa kepada bapakku, aku beritahu bapakku bahwa ini anjing lebih hina daripada aku. Maka ketika ingin di ikat anjing itu untuk dibawa dia pun teringat juga, ini anjing pada hari kiamat nanti diubah oleh Allah menjadi debu/tanah, tak ada hisab bagi anjing ini.

Aku nanti apabila berhadapan dengan Allah, berhadapan dengan hisab, kalau aku selamat aku lebih baik, tapi kalau tidak? Lebih baik ini anjing yang jadi debu dibandikangkan aku yang masuk neraka. Akhirnya ia kembali kepada bapaknya dan berkata, wahai abah aku tidak berjumpa dengan seorang pun yang lebih hina daripada aku. Maka ayahnya berkata, sekarang baru kamu layak menjadi pendakwah.

Quotes Habib Ali Zaenal Abidin ( Pinsta.me )
pinsta.me
Demikianlah, bermula dari melihat dirinya itu tidak bernilai. Berkata imam Al Ghazali setiap orang di dahinya ini akan tertulis (bukan hakikat, hanya kiasan saja) “ihtarimni!”. Hormati aku! Bukankah begitu? Bukankah ketika dihina sedikit oleh orang kita marah? Itulah ego. Dan setiap orang memiliki ego itu. Ego itulah yang perlu dihancurkan. Supaya kita tau rasa hina dihadapan Allah kalau kita tak punya ego. Tapi selama ego itu besar, maka selama itu pula kita akan mendapat hijab untuk tahu rasanya menghinakan diri dihadapan Allah.

Yaa rabb, semoga Allah jadikan kita sebagai orang-orang yang tawadhu’.

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.