Dunia Fana. Di mana semua makhluk memerankan sekelumit cerita dengan lakonnya di panggung sandiwara. Gelap tanpa cahaya dan membutakan mata. Tak banyak yang menemukan kebenaran dengan penuh cahaya di dalamnya. Banyak pula yang terjatuh, terluka bahkan kehilangan yang dirasa. Tak lama.... Semua berubah, ketika bayi laki-laki yang suci terlahir dari seorang ibu berkeluarga sederhana. 12 Rabiul Awal Tahun Gajah tepatnya, "Sang Pembawa Cahaya Kebenaran" telah datang. Laki-laki pilihan yang diutus untuk memperbaiki dan pemberi cahaya kebenaran di jalan-NYA. Insan yang utama. Siapakah Ia? Muhammad SAW.
Muhammad SAW seorang nabi terakhir sebagai penyempurna. Mengajak ummat manusia menyembah ALLAAH yang Maha Esa, yang tiada dua, yang tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Perjalanan hidup yang penuh perjuangan. Caci maki, hujatan-hujatan, permusuhan, perlawanan sengit bahkan berujung peperangan. Tapi, Rasulullah SAW berjuang tanpa henti bersama sahabat-sahabat setia yang menemani. Dan bersama Sang Rosul, Islam Rahmatan lil'alamin menyebar dipenjuru bumi yang membuat takut para Yahudi.
"Al-Amin" adalah gelar istimewa yang disandangnya. Karena, kejujuran, berbudi luhur dan kepribadiannya yang tinggi. Sebagai karunia yang diberikan ALLAAH bagi semua, Ia lah suri tauladan bagi kita.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu…”
(QS. Al Ahzaab: 21)
Sebagaimana sayyidah Aisyah r.a tatkala ditanya " Bagaimana akhlak Rasulullah SAW? " Maka beliau mengatakan " Akhlak Rasulullah SAW adalah Al-Qur'an. Beliau adalah Al-Qur'an berjalan. "
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠﻰَ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪِ
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠﻰَ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪِ
Ya Rasulullah.....
Kesederhanaan dan kepribadianmu menjadi penawar hati sang perindu.
Bagaimana tidak?
Di penghujung usiamu, masih mengingat akan ummatmu. "Ummati, Ummati, Ummati"
"Peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang yang lemah di antaramu" pesan terakhir yang lirih kau ucapkan untuk ummatmu, sebelum kau kembali kepada-NYA
Ummatmu merasa haru terbalut rasa rindu
Ya Rasulullah.....
Rasa cintamu yang tak pernah surut seperti matahari
Rasa sayangmu yang tak pernah mencair seperti melelehnya es batu
Lisan yang lembut bagai kapas putih bersih, tak keras seperti batu
Sungguh diri ini merasa malu
Malu akan sikap dan perilaku yang belum menapaki sunnahmu
Ya Rasulullah.... Aku pun rindu....
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.