Dikisahkan oleh Ustadzah Halimah Alaydrus dari Guru Mulia al-Musnid al’allamah al ‘arifbillah al Habib Umar bin Hafidz bin Syeikh Abu Bakar bin Salim dan para ulama lainnya.
Ada seorang pemuda. Pekerjaannya adalah biasa-biasa saja, ibadahnya biasa-biasa saja, melakukan dosa-dosa juga. Dia bekerja sebagai seorang tukang angkat barang / kuli panggul di pasar. Setibanya di rumah setelah seharian bekerja di pasar dia menghitung uang yang telah diperoleh hari itu. Sebagian kecil ia tabung dan sebagian yang banyak ia gunakan untuk memenuhi kebutuhan dirinya esok hari. Dia bertekad mengumpulkan uang selama 1 tahun dan baru akan dia buka nanti pada saat 1 Rabiul awal.
Tibalah 1 Rabiul Awal, bulan yang ia tunggu-tunggu. Lalu dia bongkar tabungannya. Sebagian kecil ia gunakan untuk membeli se set perlengkapan badannya dari peci, koko, sarung & parfum, sebagiannya lagi ia gunakan untuk memesan makanan untuk makan beberapa orang, sebagian yang lain ia gunakan untuk membeli buah-buahan dan juga minuman.
Hari itu, 1 Rabiul Awal si pemuda ini kelihatan senang sekali, wajahnya begitu sumringah. Sampai-sampai membuat temannya menjadi heran. Ketika ditanya hal apa yang membuatnya senang dan sumringah seperti itu dia menjawab, “Ya iyalah, saya senang banget hari ini, ini kan bulan Rabiul Awal, bulan kelahirannya Nabi Muhammad Saw. Kita harus bergembira dong.” Dan sejak masuk bulan Rabiul Awal si pemuda ini lisannya terlihat sibuk sekali mengucapkan sholawat kepada Rasulullah SAW.
Sampai pada malam 12 Rabiul Awal. sepulangnya ia dari sholat isya’ berjama’ah di masjid dia tidur. Dia bangun sekitar pukul 01.00 / 02.00 malam kemudian dia mandi, wudhu, dia pakai pakaian terbaru dan parfumnya lalu lanjut menunaikan sholat sunnah. Lalu bersholawat sampai menjelang subuh, karena dia tahu Nabi Muhammad SAW lahirnya menjelang subuh. Dia berdiri dengan linangan air mata penuh cinta lalu memberi salam kepada Rasulullah SAW.
“Assalamu’alaika ya Rasulullah.. Assalamu’alaika ya Habiballah, Assalamu’alaika ya Nabiyallah.. Kita tidak pernah bertemu, Kita tidak pernah berkenalan, tapi saya kangen sekali ya Rasulullah. Kalau tidak karenamu saya tidak mengerti caranya ibadah, kalau tidak karenamu saya tidak tahu cara melakukan kebaikan. Kalau tidak ada cinta padamu dan pada Allah di dalam hatiku rasanya hari-hariku akan menjadi hampa. Ya Rasulullah.. saya mengharap syafa’atmu dan akui saya sebagai umatmu. Jangan tinggalkan saya dimanapun saja ya Rasulullah.. Sebab saya sangat mencintaimu.”
Esok harinya si pemuda ini tidak berangkat kerja. Dia beres-beres rumah dan mengundang teman-temannya untuk menghadiri maulid yang dia adakan. Lalu setelah pembacaan maulid selesai dikeluarkanlah jamuan-jamuan yang telah dia persiapkan. Kemudian si pemuda ini kembali melanjutkan acara dengan bercerita tentang siapa itu Rasulullah semampu yang dia bisa . Katanya “Nabi Muhammad itu waktu lahir bersih, tidak ada darah-darah kotornya, beliau waktu lahir dan diangkat oleh bidannya sudah bersih tanpa darah kotor ditubuhnya, tali pusar sudah terpotong dan sudah mengering, beliau lahir dalam kondisi sujud. Subhanallah, itu nabi kita.. Nabi Muhammad Saw.” Lalu temannya juga ikut bicara, katanya “Iya benar, saya dengar cerita dari si fulan bahwa Rasulullah Saw waktu beliau lahir ke dunia yang mana api yang bertahun-tahun tidak pernah mati menjadi mati tiba-tiba, berhala-berhala juga pada berjatuhan.. Subhanallah.. kok bisa yah..” Dan temannya yang lain juga ikut berkata, “Rasulullah itu kalau malam nggak pernah tidur. Beliau berdiri sholat sampai kaki-kakinya bengkak, sujud, lalu setelah itu beliau mengangkat tangannya dan berdo’a memohonkan ampun kepada Allah untuk kita umatnya. sungguh luar biasa nabi kita.”
Allah SWT berfirman “Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas.”(QS. Ad-Duha : 5) Lalu kapan Rasulullah SAW akan merasa puas? Jawab Rasul, “Sampai tidak tersisa umatku di dalam neraka. Saya tidak bisa menikmati surga jika masih ada umatku yang masih berada di neraka.” Tidakkah kita merasa bersyukur memiliki nabi seperti itu?
Tidak lama si pemuda ini meninggal dunia. Suatu hari salah satu temannya bermimpi bertemu dengannya. Temannya ini bertanya kepadanya, “Wahai temanku, ku lihat kamu ini malah bahagia setelah meninggal. Apa kamu sudah bertemu dengan malaikat Munkar dan Nakir yang katanya wajahnya begitu menakutkan dan matanya menggelegar seperti petir ? Amalan apa yang Allah terima dari amalanmu yang membuatmu bisa bahagia seperti ini?” Kata si pemuda ini, “Saya tidak tahu amalan apa yang Allah terima dari semua amal-amalku. Hanya saja saya ingat malam pertamaku di kuburan.” Kata temannya, “Seperti apa malam pertamamu di kuburan? Coba ceritakan kepadaku.” Lalu si Pemuda ini menceritakannya, “Pada saat itu, 7 langkah setelah kalian meninggalkanku di kuburan saya dibangunkan dari tidur, saya didudukkan dan saya tahu pada saat itu saya telah meninggal dunia. Saya ketakutan, saya menggigil, dan sungguh saya takut bertemu dengan Munkar dan Nakir yang menyeramkan itu. Lalu tiba-tiba ada sebuah cahaya di ujung sana, cahayanya makin panjang dan menyilaukan. Datang sesosok orang. Orang itu sepertinya berjalan mengarah padaku, makin dekat, makin dekat dan saya begitu takut. Lalu setelah orang itu benar-benar sampai di depan mataku saya terkejut dan kaget, ternyata yang datang bukanlah makhluk yang menyeramkan melainkan makhluk yang sangat indah. saya berkata kepadanya, “Wahai engkau, jika saja saya tahu yang datang makhluk sepertimu maka tidak perlulah saya takut, ternyata Munkar dan Nakir itu tidak menakutkan. Yang datang bukanlah yang menakutkan namun penghibur bagi orang yang ketakutan.” Lalu kata orang itu, “Wahai nak, saya ini bukan Munkar dan Nakir. Saya ini adalah orang yang senantiasa kamu rindukan setiap hari, orang yang senantiasa kamu kirimkan sholawat, saya adalah orang yang senantiasa kamu menabung untuk merayakan hari kelahiranku. Saya lah orang itu, Muhammad bin Abdulullah. Saya mendengar kabar kalau kamu sudah meninggal, lalu saya meminta izin kepada Allah untuk datang menemuimu dan mulai saat ini saya akan ada bersamamu menemanimu disini sampai datang hari kiamat.”
Subhanallah, sungguh beruntung pemuda ini mencintai orang yang tepat untuk dicintai. Mencintai orang yang bisa menyelamatkan dirinya di dunia dan di akhirat. Memang benar bahwa Rasulullah SAW tidak akan pernah mengecewakan orang-orang yang mencintainya.
Rasulullah SAW bersabda “Almar u ma’a man ahabba.”,”Seseorang itu bersama dengan orang yang dicintainya.”
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.