Nabi kita Muhammad SAW adalah seseorang yang ibadahnya luar biasa, sholatnya sangat khusu’, sedekahnya sangat banyak. Nabi Muhammad SAW adalah seseorang yang jihadnya sangat kuat, Nabi Muhammad SAW hajinya sangat baik, umrohnya sangat baik, dzikirnya, qur’annya dan segala macamnya sangat baik-baik.
“Dan sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad) benar-benar berbudi pekerti luhur.” QS. Al-Qalam : 4
Kemudian Allah SWT menceritakan Nabi Muhammad SAW bukan karena ibadah-ibadahnya akan tetapi yang Allah ceritakan tentang Nabi Muhammad SAW adalah dari kasih sayangnya, dari kelembutannya. Kata Allah SWT.
“Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, pengasih dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.” QS. At-Taubah : 128
Dari sekian banyak sifat mulia Nabi Muhammad SAW yang Allah SWT sebutkan adalah kasih sayangnya Nabi Muhammad SAW. Bukankah itu menunjukkan bahwa Allah SWT sangat mengasihi orang-orang yang sangat pengasih dan sangat penyayang. Dan itu sangat ditegaskan dalam sabda Rasul “Orang-orang yang memiliki hati yang penuh dengan kelembutan dan kasih sayang maka akan dikasihi dan disayangi oleh Allah SWT."
Dalam sabda lainnya “Sayangi yang di bumi maka yang di langit akan menyayangimu.”
Pernah suatu ketika Nabi SAW pulang malam dan sudah memberitahukan hal ini kepada Sayyidah Aisyah. Namun karena Sayyidah Aisyah ingin menjadi istri yang sholehah maka beliau ingin menunggu Rasulullah pulang. Beliau berharap saat Rasulullah pulang beliau dalam keadaan terjaga. Akhirnya karena Sayyidah Aisyah sudah tidak tahan lagi matanya, maka beliau kemudian menyeret tempat tidurnya ke dekat pintu masuk dengan tujuan apabila nanti Nabi SAW mengetuk pintu beliau segera terbangun. Subhanallah, tidak seberapa lama Nabi SAW kemudian datang dan Sayyidah Aisyah baru saja terlelap.
“Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarokatuh yaa Humairoh...” Kata Rasul.
Sayyidah Aisyah tidak terbangun karena memang baru saja terlelap. Lalu Nabi SAW kembali mengetuk dengan sedikit lebih keras dan memanggil lagi namun tetap dengan panggilan kesayangan. “Assalamu’alaiki ya Humairoh...” Ucap Rasul
Namun Sayyidah Aisyah masih belum terbangun. Lalu beliau kembali mengetuk lebih keras lagi dan memanggil lagi namun tetap dengan panggilan kesayangan dan tidak kasar.
“Assalamu’alaiki ya Humairoh...”
“Assalamu’alaiki ya Humairoh...”
Subhanallah, Sayyidah Aisyah tetap tidak terbangun. Tapi apa yang dipikirkan Nabi ?
“Mungkin istriku lelah, mungkin istriku capek, mungkin istriku tadi menungguku lalu mengantuk luar biasa, mungkin.. mungkin...” Pikir Nabi.
Kata Nabi “Jika ada orang yang berbuat kesalahan, kita harus cari 70 alasan yang membenarkan perbuatannya. Kalau kamu sampai tidak mendapatkan 70 alasan atau kamu sudah menyusun 70 alasan namun dia tetap salah juga maka jangan salahkan siapa-siapa kecuali dirimu sendiri yang tidak pandai mencari alasan, yang tidak pandai mencari udzur orang lain.”
Nabi SAW berpikir seperti itu lalu beliau membentangkan surbannya di depan rumahnya. Dan Nabi SAW memilih tidur di depan rumah beliau sendiri. Sebenarnya jika kita lihat dari atas bangunan mereka seperti tidur bersebelahan. Yang satu (Sayyidah Aisyah) berbuat seperti itu karena kasih sayang kepada suaminya dan yang satu (Nabi muhammad SAW) berbuat seperti itu karena kasih sayang kepada istrinya. Dan sebenarnya, disamping rumah Sayyidah Aisyah juga merupakan rumah-rumah istri-istri Rasulullah yang lain (Sayyidah Maimunah, Sayyidah Saudah & Sayyidah Hafzah). Bisa saja Nabi SAW tinggal di rumah salah satu dari istrinya yang lain. Namun, hal itu tidak dilakukan oleh Nabi SAW karena besarnya rahmat kelembutan yang ada pada diri Baginda Nabi Muhammad SAW dan itu yang diharapkan ada di hati umatnya baik laki-laki maupun perempuan.
Dan kabarnya Rasulullah SAW setiap kali masuk rumah selalu menggosok gigi terlebih dahulu. Ketika ditanya " Kenapa begitu Ya Rasulullah ? "
Jawab Rasul “Aku senang jika mulut istriku berbau wangi jadi aku pun mau berbuat seperti itu juga.”
Beliau menjaga sekali hak istri beliau agar jangan sampai terlihat atau tercium bau yang kurang sedap dari mulut beliau. Subhanallah, padahal segitu mulut beliau sudah sangat wangi.
Sahabat CAPER yang dirahmati Allah SWT.
Tabi’at, perangai, akhlak adalah sesuatu yang harus diusahakan. Jadi tidak ada ceritanya rahmat, kasih sayang, kelembutan ini adalah sesuatu yang tidak bisa diusahakan. Ini semua bisa diusahakan dan harus diusahakan.
Sayyidina Umar bin Khatab, semua orang tau bahwa beliau adalah orang yang keras, orang yang kasar. Tapi semua orang juga tau bahwa beliau adalah orang yang lemah lembut.
Suatu ketika beliau pergi pada malam hari. Kemudian melihat ada seorang perempuan yang sedang mendiamkan anak-anaknya yang sedang kelaparan dengan berpura-pura memasak dan ternyata di dalamnya yang dimasak adalah batu. Melihat hal ini kemudian Sayyidina Umar kembali ke negaranya dan beliau membawa banyak sekali bekal makanan dengan punggung beliau sendiri untuk keluarga wanita itu.
Ini adalah bentuk dari sebuah kasih sayang. Padahal semua orang tau bahwa Sayyidina Umar adalah orang yang keras dan kasar.
Ini adalah bentuk dari sebuah kasih sayang. Padahal semua orang tau bahwa Sayyidina Umar adalah orang yang keras dan kasar.
Sahabat CAPER yang dirahmati Allah SWT.
Sayyidah Aisya berkata “Rasulullah SAW itu sama seperti salah seorang diantara kalian. Beliau ajak kami berbicara, diskusi. Kami ajak beliau bercanda dan beliau juga ajak kami bercanda. Hanya saja jika datang waktu sholat beliau berdiri dari duduk diantara kami dan menuju ke Masjid seolah-olah beliau tidak mengenali kami dan kami tidak mengenali beliau.” Ini adalah kelemah lembutan namun tetap ada ketegasan.
Lemah lembut bukan berarti lembek. Lemah lembut bukan berarti mengiyakan semua. Akan tetap mengatakan “iya” pada saat iya dan mengatakan “tidak” pada saat tidak dengan cara yang tidak menyakiti orang lain dan dengan cara yang tidak membuat orang lain berbesar hati.
Sabda Rasul SAW
“Wajib atasmu berlaku lembut, karena sesungguhnya sifat lembut itu tidaklah diberikan kepada sesuatu melainkan menghiasinya dan tidaklah ia dicabut dari sesuatu kecuali menjadikannya buruk.” HR. Muslim.
Mudah-mudahan kita semua dikarunia sifat lemah lembut dan kasih sayang seperti Rasulullah SAW dan juga para sahabat.
Aamiin ..
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.