Jumat, 27 November 2015

Letak Maaf Kekasih-Nya

Tags

Letak Maaf Kekasih-Nya ( Pixabay.com )

Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.
Allahumma Shalli Ala Sayyidina Muhamamd Wa Alihi Wa Shahbihi Wasallim Ama Ba'du

Rasulullah SAW adalah sosok figur yang mempesona, baik dalam bertutur kata dan juga dalam bersikap. Sehingga tidaklah salah Nabi Muhammad SAW dijadikan sebagai panutan untuk seluruh umat muslim. Dan Allah SWT pun menegaskan di dalam firmannya di surah Al-Ahzab ayat 21 :

 لَقَدْ كانَ لَكُمْ في‏ رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كانَ يَرْجُوا اللهَ وَ الْيَوْمَ الْآخِرَ وَ ذَكَرَ اللهَ كَثيراً

Artinya : " Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. "

Di dalam surah tersebut Allah SWT menegaskan Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu. Sehingga kita sebagai umatnya seharusnya dapat menjadikan Rasul SAW sebagai idola atau panutan. Karena dengan mengidolakan Nabi SAW, kita semua dapat menirukan segala perilakunya.

Bahkan dalam bertutur katanya pun begitu terjaga. Nabi SAW hanya berkata jika membawa manfaat saja, jauh dalam perkataan dusta ataupun mencaci seseorang.

Dalam artikel sebelummya ( baca selengkapnya : Pribadi Nabi Yang Pemaaf ) saya pun sudah menuliskan kisah ketika Rasulullah SAW mendapat luka yang cukup parah dalam peperangan uhud. Dan beberapa sahabat meminta Nabi SAW untuk melaknat mereka yang melakukan itu semua terhadapnya. Setelah itu Nabi SAW berkata " Aku diutus bukan untuk melaknat, tetapi diutus sebagai pembawa rahmat. Ya Allah, berilah petunjuk kepada kaumku, sesungguhnya mereka tidak mengerti ".

Habib Jindan
Habib Jindan bin Jindan ( 2.bp.blogspot.com )
Setelah itu di dalam tausyiah Habib Jindan bin Jindan pun pernah mengkisahkan ketika sayydina Hasan mendengarkan khutbah jum'at di sebuah masjid. Tetapi isi khutbah itu adalah cacian-cacian para ahlul bait. Anak sayyidina Hasan pun berkata kepada ayahnya " Wahai ayah, apakah engkau mendengar itu ? " . Sayyidina Hasan pun menjawab " iya , saya mendengar ".
" Maka balaslah ucapan mereka " sahut anak beliau.
Dan sayyidina Hasan pun menjawabnya " Wahai anakku, kapan engkau melihat ayahmu, kakekmu sebagai pencaci orang lain. Saya didikan Fatimah binti Muhammad, saya didikan Ali bin Abi Thalib , saya didikan Muhammad Rasulullah. Dan tidak ada dari kita semua diajarkan untuk mencaci orang lain ".

Bagaimana dengan kita ? cacian-cacian yang tidak seberapa kita dapatkan, membuat kita membalas cacian tersebut dengan melebihi batas. Sungguh Allah SWT menyukai orang yang pemaaf. Dan jika kita ingin dimaafkan oleh Allah SWT atas dosa-dosa kita, maka kita harus  terlebih dahulu menjadi seorang yang pemaaf atas cacian atau ejekan yang tertuju kepada kita. Semoga kita semua dapat meniru akhlak mulia Nabi Muhammad SAW dan para ahlul bait.

Ya Allah semoga kita semua tergolong dalam golongan orang yang pemaaf. Sehingga kita dapat dimaafkan oleh Allah SWT.

Referensi :
- Tausyiah Habib Jindan bin Jindan
- Buku Sejarah  Yang Terpendam
- Surah Al-Ahzab ayat 21

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.